Rabu, 28 Mei 2014

TRADISI BUDAYA SUKU DAWAN

TUGAS                   :  MAKALAH TRADISI BUDAYA SUKU DAWAN
OLEH                      :  DEVI SERLINA BABYS
MATA KULIAH     :  KEWARGANEGARAAN

                       
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas tentang deskripsi daerah khususnya daerah So’e, Timur Tengah Selatan, NTT. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu saya mengharapkan kritik dan saran yang berifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.


Yogyakarta, Januari 2014

.
Penulis            


DAFTAR ISI
        
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN                     
                         1.            Latar Belakang
                         2.            Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
                         1.            Lokasi dan Letak
                         2.            Adat IstiadatMakanan dan Minuman KhasTempat Wisata
                         3.            Tradisi Budaya
                         4.            Kebijakkan atau Aturan Adat
                         5.            Kekayaan Alam
                         6.            Konflik yang pernah terjadi

BAB III METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA  

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai macam suku bangsa. Kualitas hidup suku bangsayang berbeda beda, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Sesuai dengan judul makalah ini,terkait dengan keanekaragaman kebudayaan yang terdapat di daerah saya baik ditinjau dari segi lokasi, kebudayaan, norma norma serta nilai nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai perkembangan jaman.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1.  Lokasi dan letak daerah
2.  Pakaian, Rumah, dan Tarian Adat
3.  Makanan dan minuman khas daerah
4.  Tempat wisata
5.  Tradisi budaya
6.  Aturan adat
7.  Kekayaan alam yang terdapat didaerah


B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan mengetahui tentang seluk beluk daerah asal kita adalah:
1.  Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada daerah kita.
2.  Mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan daya kebudayaan.
3.  Mendukung dan mengembangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.


C.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.  Dimana letak dan lokasi So’e, Timor Tengah Selatan?
2.  Apa sajakah  makanan dan minuman khas daerah  So’e, Timor Tengah Selatan?
3.  Apa sajakah  tempat wisata di daerah So’e, Timor Tengah Selatan?
4.  Bagaimana tradisi budaya dan aturan adat di Soe, Timor Tengah Selatan?
5.  Apa sajakah kekayaan alam yang terdapat di So’e, Timor Tengah Selatan?


      BAB II
PEMBAHASAN

Kota Soe adalah ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan kecamatan Amanuban Barat propinsi Nusa Tenggara Timur. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai daerah saya yang mencakup:

1.      Lokasi dan letak
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu dari 4 kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur di Pulau  Timor dengan ibukota So’e. Kabupaten  yang  dikenal  sebagai  penghasil cendana  itu mempunyai luas 4333,6 km  dengan penduduk 324.110 orang sehingga  tingkat   kepadatannya  7 orang/Km  dengan  rincian  laki – laki 159.454 orang dan perempuan 164.656 orang.  Dalam struktur pemerintahan dan pembagian wilayah terdapat 162 desa, 4 kelurahan, 8 kecamatan, 6 Perwakilan kecamatan.
Cuaca  umum  wilayah  TTS  (Timor  Tengah  Selatan)  4  bulan  basah  (Desember – April), 8 bulan kering  (April – November)  rata-rata  58  hari  hujan  1,716 mm/tahun.  Suhu udara pada musim dingin  (Juli -Agustus)  sekitar  18 -21 C. Pembagian    penggunaan   tanah   diwilayah   TTS  2.500 ha.
Terdiri  atas  persawahan ,44.908 ha,pengembalaan, 41.374 ha lamtoro  dan  180 ha  tanah  kritis.  Daerah  aliran sungai  (DAS)  yang terkenal  di  TTS  adalah   dataran  Mina, Benain, Muke, Bone, Tumutu; sedangkan  dataran  lainnya  yang  luas  dan  potensial  adalah  Bena, Baus, Tatukopa, Konbaki, Besana.

Batas wilayah TTS yaitu :
·         Sebelah utara               : Kabupaten Timor Tengah  Utara (TTU) dan
 Ambenu (Tim-tim)
·         Sebelah selatan            : Lautan Indonesia
·         Sebelah timur              : Kabupaten Belu
·         Sebelah barat               : Kabupaten Kupang
Penduduk :
Hampir 75% penduduk berprofesi sebagai petani dan sisanya adalah Pegawai Negeri Sipil. Kota So’e terletak di koordinat 124°.49'01"-124°.04'.00" Bujur Timur,(124°3'13"-124°49'56" BT) dan 9°-10° Lintang Selatan (9°26'-10° 10'0"LS).
2.      Adat istiadat
a)      Pakaian adat



                           Pakaian adat suku dawan So’e TTS

b)      Rumah adat
Rumah adat Suku Dawan yaitu Lopo. Gambaran Lopo adalah sebuah rumah beratap bulat dengan empat tiang berdiri tegak pada bagian atasnya terdapat loteng. Lopo, bagi orang timor melambangkan laki – laki, dimana agak terbuka, kokoh dan sebagai tempat untuk pertemuan keluarga, dana selalu dipimpin oleh Bapak sebagai Kepala Keluarga.
                   Lopo

c)      Tarian adat
v  Tarian Bonet
Ada banyak tarian yang ada di daerah saya namun yang paling terkenal adalah Tarian Bonet. Tarian Bonet adalah tarian yang dilakukan dengan membentuk lingkaran dan bergandengan tangan, kemudian gerakan-gerakan kaki yang menari secara seragam, bergeser ke kanan laksana bundaran yang berputar mengitari pusatnya. Sementara irama lagu yang diperdengarkan para penari mengikuti derap kaki dalam tarian. Membentuk lingkaran merupakan simbol dari persatuan.


                                                    Tarian Bonet
v  Tari Ma’ekat  atau Tari Okomama
Add caption

   Tari Ma’ekat atau Tari Okomama merupakan salah satu tarian tradisoanal rumpun masyarakat Suku Dawan yang menceritakan tentang hubungan kekerabatan yang ada didalam rumpun masyarakat Suku Dawan pada umumnya, yaitu tentang pemberian tempat siri yang lengkap dengan sirih, pinang dan kapurnya adalah sebuah bentuk penghormatan kepada seseorang yang diberi. Tarian ini sering ditarikan dalam kegiatan penyambutan.


3.      Makanan dan minuman khas
v  Makanan khas
*      Jagung Bose
Makanan khas di TTS adalah Jagung Bose , Jagung Bose sendiri merupakan jenis masakan dari jagung yang di kupas kulit arinya dan di campur dengan kacang – kacangan dan sayuran . untuk pengupasan kulit ari jagung dilakukan dengan cara di tumbuk hingga kulit ari terlelepas dari jagungnya. Untuk mempercepat proses pengelupasan kulit, biji-biji jagung itu diberi sedikit air dan kadang tambah kapur. Setelah menumbuk sekitar limabelas menit,  jagung yang sudah terkelupas itu dikeluarkan ke nampan.

                    Jagung bose

*      Sayur rumpu rampe
                           
*      Sayur ujung labu
                           

v  Minuman khas
Minuman khas dari daerah saya yaitu tuak.rasanya manis pahit pokoknya rame rasanya.
                                                                                                                                           

                                                          Pohon tuak


4.      Tempat wisata
 Ada beberapa tempat wisata didaerah saya diantaranya
v  Oehalla
Tempat pariwiata yang paling terkenal di TTS adalah oehala, merupakan salah satu tempat pariwisata dari soe, yang berlokasi di Desa oelbubuk kecamatan molo selatan kabupaten TTS. Mungkin namanya kurang bersahabat dengan telinga anda ,tetapi ketika melihat tempatnya,    saya jamin anda pasti akan segera bersahabat dengan tempat tersebut. Oehala sendiri merupakan air terjun 7 tingkat yang berasal dari mata air asli di pegunungan setempat. Nama oehala sendiri diambil dari bahasa Timor yaitu oe yang berarti air dan hala yang berarti tempat tidur . jadi oehala adalah air yang berbentuk tempat tidur.

                                          Oehalla

v  Bu’at
Obyek wisata lain yang ada di wilayah Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan ) ini adalah taman wisata Bu'at. Fasilitas kolam renang yang juga disediakan di taman wisata Bu'at Ini, merupakan fasilitas lain seperti villa penginapan yang juga disewakan didalam lokasi taman wisata Bu'at Ini. Sepanjang perjalanan memasuki taman wisata Buat, akan kita temukan tegarnya pepohonan mohoni disepanjang alur kanan dan kiri jalan masuk areal wisata Bu'at Ini.  Suasana alam kota So'e yang berudara sejuk sebagai ciri khas udara dataran tinggi ini, membuat suasana penat anda akan hilang dimanjakan hijaunya pandangan yang disajikan di taman wisata Bu'at Ini.


Salah satu permainan di Bu’at

v  Pantai Kolbano
Salah satu obyek wisata di TTS ( Timor Tengah Selatan ) adalah wisata di pantai Kolbano. Jika melakukan wisata di daerah pantai, pastilah gambarannya yang identik dan selalu terbayang adalah hamparan pasir lautnya. Namun hal ini tidak akan anda jumpai di pesisir pantai kolbano. Di area wisata Pantai Kolbano, TTS  (Timor Tengah Selatan ) Ini, sejauh mata anda memandangnya, anda hanya akan disajikan hamparan bebatuan licin dengan corak warnanya yang unik dan indah menggoda. Kerikil-kerikil indah inilah yang menjadi pengganti hamparan pasir pantai di sepanjang garis Pantai Kolbano, TTS  (Timor Tengah Selatan ).  Pantai Kolbano terletak Di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan), Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dengan luas wilayah kurang lebih 17 kilometer persegi. Hamparan wilayah Pantai Kolbanoini menghadap ke arah bentangan Samudra Hindia.


Pantai kolbano




v                              
Kolam buaya

v  Pantai Oetune
Pantai ini masih sangat asri dan alami dan pantai landai berpasir putih sepanjang puluhan km, dengan gulungan ombak 4-7 gulungan yang cocok untuk selancar dan saat ini sudah banyak wisatawan baik dari Kabupaten TTS maupun dari luar. Dan pada akhir pekan maupun liburan banyak dikunjungi wisatawan atau sekedar rekreasi keluarga saat ini dipantai Oetune sudah dibangun fasilitas-fasilitas pendukung seperti lopo-lopo atau pondok berteduh. Pantai Oetune berjarak 70 km arah Selatan Kota Soe dan dapat ditempuh ± 1,5 jam dengan menggunakan mobil rental, angkutan pedesaan maupun motor ojek.


                                                           Pantai oetune

v  Bola Palelo
Bola palelo merupakan sebuah lembah dimana lembah ini menyajikan panorama alam yang sangat menawan dan sangat disayangkan apabila berkunjung ke Kota Soe dan tidak menyempatkan diri untuk berkunjung ke Bola Palelo. Ketika berada ditempat ini kita dapat melihat panorama alam yang sangat luar biasa serta udaranya yang begitu sejuk dan pada musim kemarau kita dapat melihat lebih jelas panorama alam yang sangat indah dan menawan seolah-olah kita berada di Grand Canion di USA. Bola Palelo berjarak 15 km arah Utara Kota Soe dan dapat ditempuh ± 20 menit dengan menggunakan angkutan pedesaan, rental mobil maupun motor ojek.



5) Tradisi Budaya
v  Suku  dan  Pelapisan  Sosial
Keberadaan  wanita  dalam  wilayah  TTS  tidak  bisa  dilepaskan  dari  kebudayaan  masyarakat Dawan  umumnya.  Penduduk  yang  asli  dari  wilayah  TTS   merupakan  suku  bangsa  Dawan yang  tinggal  disebagian  besar  di  wilayah  ( Amarasi, Fatuleu, Amfoang   utara   dan   Amfoang selatan)  di Kabupaten  Kupang, TTS   dan   Kabupaten   Ambenu  (Provinsi  Tim – tim).  Kabupaten   TTU   dan   sebagian   penduduk  Mauka  dan  Kusa.
Dalam  masyarakat  Dawan  umumnya  pemukiman  dimulai  dari  pola  keluarga  inti / batih yang  terdiri  dari  bapak,  ibu, dan  anak  yang  disebut  UME.  Ume  yang  ada  bakal membentuk  klen   kecil  yang  disebut  Pulunes  atau  Kuanes  adanya  klen  besar  Kanaf.
UME  sebagai  keluarga  inti  tinggal  di  rumah  pemukiman  tradisional  yaitu  Lopo  dan  Ume Lopo,  Lopo  dan Ume   Lopo   adalah   lambang   rumah   untuk   pria   dan   Ume   adalah   lambang pemukiman  untuk  wanita.Gambaran  lopo  adalah  sebuah  rumah  beratap  bulat  dengan empat  tiang   berdiri  tegak  pada  bagian  atasnya  terdaapat  lotenng, sedangkan  Ume  juga berbentuk  bulat  tetapi  mempunyai  atap  sampai  menyentuh  tanah  dengan  satu  pintu  saja.
Dalam  struktur  social  atau  pelapisan  sosialnya,   masyarakat  wilayah  TTS  golongan  Usif, golongan  Anaf, dan  golongan  Tob. Golongan  Usif  merupakan  kaum  bangsawan, kerabat kepala  suku, pimpinan  klen  besar  (=Kanaf).  Sedangkan  golongan  Anaf  adalah  sekelompok masyarakat  yang  terdiri dari  klen  kecil.
(Puknes)  yang  masing – masing   terdiri   dari  himpunan   keluaraga   menurut  ama  dan  julukan  Kanaf  ma  bonif  Sejajar  dengan  Anaf  adalah  golongan  Meo  dan  O’of. Golongan  Meo  merupakan  kaum  kerabat  dan  took  yang pernah  berjuang  mempertahankan  marga  dan  kampong  halaman  dari  serangan   musuh. Sedangkan  O’of  adalah  pemimpin  keluarga  dimana  golongan  Usif  sering  mengambil wanita  dari  padanya  untuk  dijadikan  istri  atau  selir.   Golongan  Tob  adalah  rakyat  jelata yang  terdiri  dari  klen-klen   kecil   dibawah  koordinasi  Anaf.
Peranan  tradisional  wanita  TTS  umunya  tetap  sebagai  ibu  rumah  tangga  dalam mengasuh  anak, menyediakan  makanan  setiap  hari, member  pakaian  (menenun  sarung dan  selimut). Dalam  hal  sebagai  ibu  tersebut, maka   kedudukan   itu   melekat  pada kedudukan  dan  pelapisan  social  yang  dimiliki  suaminya.
Peran  wanita  yang  hingga  saat  ini  tetap  menjadi  panutan  masyarakat  adalah  Apana pini  atau   sebagai   orang   yang   lebih   pantas  karena  itu  berhak  menyimpan  pendapatan  keluarga atau  bendahara.
Beberapa  peran  tertentu  dari  wanita  yang  perlu  diperhatikan  adalah  bahwa  wanita  di TTS  ikut  juga  menentukan  keputusan  suami  atau  pihak  pria  dalam  hal  pembagian warisan  kepada  anak-anak,  pemanfaatan  pendapatan  keluarga  serta  penentuan  jodoh  atau kawin  dari  semua  anak-anak.

v Seni  Tenun.
Karya tenun  merupakan  bagian  dari  pranata  ekonomi  yang  sangat  menunjang  kehidupan ekonomi. Para  wanita  umumnya  mengisi  senggang  dimusim  kemarau  sambil membersihkan  kebun  dan  ladang, memelihara  ternak  rumah, para  wanita  menenun.
Tenun  di  wilayah  TTS  hamper  tidak  banyak  bedanya  dengan  yang  ada  di  wilayah  TTU yang  juga  masuk  dalam  kebudayaan  Atoni  (Dawan). Tentang  nama, bentuk  umum  daripada hasil  tenun  yang  dikerjakan  para  wanita  di  TTS  oleh  Kantor Depdikbud  Kabupaten  TTS dikelompokkan  dalam  :
1.      Selimut  jadi  (yang  ditenun  satu  kali,memiliki  rumbai-rumbai  yang  tak  dipotong) yang dipakai oleh laki-laki dan sarung yang dipakai oleh perempuan.
2.  Selendang  kecil  atau  berukuran  sedang  untuk  membungkus  badan
3.  Selempang  kecil  memanjang
4.  Destar  kepa

6) Kebijakkan  atau Aturan Adat
v  Hamil  dan  Kelahiran
Seluruh  perjalanan  seseorang  termasuk  wanita  tidak  bisa  dilepaskan  dari  daur hidupnya  mulai  dari  masa  hamil  sampai  dengan  kematian. Menurut  adat  Atoni/TTS, maka  selama  masa  kehamilann tetap  berada  dalam  pengawasan  dukun  (amama  fenu). Funngsinya  sebagai  orang  yang  mengurut,mengangkat  perut  waktu  hamil,membantu persalinan  umumnya  dilakukan  dalam  rumah,sesudah  pemotongan  tali  pusat  sang  bayi digantung  pada  cabang  pohon  kesambi  (usaip  usaf).
Pola  mengasuh  anak  bagi  para  ibu di TTS   dilakukan   dengan   meninabobokan   sambil menyanyi  Open  Bania. Peranan  ibu  terutama  dalam  pengasuhan  anak  secara  tradisional  tetaplah  sama.
Sebelum  40  hari  setelah  kelahiran  pada  saat  sang  ibu  masih  dimandikan dengan  air  panas, mak  ada  satu  acara  untuk  memperkenalkan  bayi  kepada  keluarga  yaitu  Poitan  LiAna  dilakukan  sesudah  lahir  satu  hari, diiringi  dengan  sembahyang,  memercikan  air  kepada  bayi  dan  para  peserta.
Dimasa  anak-anak,  upacara  pemotongan  rambut  yang  diadakan  pada  usia  1-2   tahun  yang   disebut  Ketu  Nakfunu, dimana  rambut  yang  sudah  dipotong  itu  akan  disimpan dalam   Uimle’u  (rumah  berhala)  sekligus  memberikan  nama  bagi  si  anak   atau  noin kanaf.  Kalau  dilanggar,maka  kehamilan  berikutnya  tidak   akan  terkendalikan  Nis  Mesen  Li Ana  dan  diturunannya  bakal  cacat  tubu  dan  mental.
Masa  anak- anak   ditandai   dengan   kegembiraan   dan   keriangan   yang   tidak   terhingga melalui  pelbagai  permainan  anak-anak  atau  olahraga.
Beberapa  bentuk  olahraga  anak-anak  yang  dikenal  di  TTS  adalah  Loit  Hau  (patok lele)  yang   dimainkan   pada  pagi  hari; jenis  permainan  dengan  dua  potong  kayu, juga Aka’male  (congkak)  dimainkan  pada  siang  hari  dengan  batu  ataubiji-bijian. Pada  sore hari  ada  jenis  permainan  dengan  pelepah  kelapa  yaitu   Aka  hume  (meluncur), permainan Lika  poni,Tek  uki  (bergulat), bermain  Pasa  tele.Sae  bikase  dan  Sikolit  (lagu  anak-anak)
Bagi  anak-anak   berlaku   aturan   untuk   tidak   boleh   duduk   membelakangi   orang  tua, begitu juga  kalau  berjalan  orang  lelaki  harus  di  depan,menyusul  para  wanita  kemudian  anak-anak  menyusul  di  belakangnya.

v Dewasa
Inisiasi  orang  dewasa  dapat  dilaksanakan  sama  denga  yang  diadakan  umumnya  di wilayah  yang  lain, terutama  kesamaan  itu  dengan  orang  Atoni  dengan  satu  kebudayaan di  kabupaten  TTU  (Timor  Tengah  Utara) Masyarakat  TTS  mengetahui  acara inisiasai untuk  wanita  berupa   (melubangkan  telingah  bagi  yang   belum  melubangkan waktu  kecil), merobah  guntingan  rambut  pada  bagian  depan.
Untuk  lelaki  inisiasi  dilakukan  dengan  upacara  yang  kecil  di  luar  kampung, dekat  sungai yang  jauh  dari  wanita  dan  anak-anak. Setelah  melewati  masa  tersebut  barulah  pria  dan wanita  siap  untuk  nikah.

v Meninggal  Dunia
Waktu  meninggal  dunia  secara  tradisional  masyarakat  TTS  umumnya  menyampaikan berita  kematian  pada  semua  warga  supaya  hadir. Hal  ini  disebut  dengan  Etun-Naton,yang  berperan  selama  kematian  atau  yang  bertanggung  jawab  atas  acara  Etun-Naton  sampai  penguburan  dan  terimah  kasih  ialah  Atoin  Amaf  atau  Tut  Kusaf. Atoin Amaf  atau  paman  dan  yang  meninggal  dunia  menutup  keranda  didoakan  imam  adat lalu  dikebumikan  (subat)  jenasah  ke  dalam  liang  lahat  harus  diletakan  kepala  mengarah ke  Faut  Kanaf  (gunung  para  leluhur).  Upacara  Noes  Nu,  sejenis  upacara  pengucapan terimah  kasih  kepada  seluruh  warga  yang  terlibat  dalam  acara  kematian, biasanya dilakukan  sesudah  4 malam  penguburan,setelah  itu  pelayat  boleh  kembali  ke  rumah asal,  karena  yang  dating  menurut  suku.

v  Perkawinan
Dalam  tradisi  masyarakat  TTS  dikenal  beberapa  bentuk  perkawinan   yang  seluruhnya patrilinial, antara  lain:
                              1.            Perkawinan  dengan  pinangan  atas  bantuan  seorang  juru  bicara  (netelanan)  atau kadang-kadang  disebut  Nete  Lalau  Tulu  Sene;
                              2.            Perkawinan  mengabdi  (kalau  lelaki  tidak  sanggup  membayar  belis  dan  mengabdi  di rumah suku  wanita  tetapi  tidak masuk  suku  wanita.
                              3.            Perkawinan  mengganti  (dalam  istilah  antropologinya Sororat dan  Levirat,yaitu  mengawini ipar  lelaki atau  wanita  sesudah sang  istri  atau  suami meninggal  dunia.

Umumnya  perkawinan  dilakukan  secara  eksogami  antar  sukusuku  atau  klenyang  ada. Secara  sederhana  peminangan  dilakukan  dengan  urutan  sebagai  berikut :
      1.            Seorang  yang  ditunjuk  sebagai  Nete  Lalau  Tulu  Sene  (biasanya  seorang  pria)  yang mengetahui  adat  setempat,  pandai  bicara  pantun  atau  natoni)  melihat  ke  rumah  wanita apakah  gadis  yang  dinikahi  sudah  cukup  umur  atau  tidak,juga  tingkah  laku nya, jika  sudah   memenuhi  syarat,  maka  pinangan  dapat  segera  dilakukan.
      2.            Peminangan  dapat  dilakukan  dengan  memperhatikan  barang  bawaan  pertama  atau  apa yang  disebut  Oktotes  (sirihpinang). Peminangan  biasanya  dilakukan  pada  siang  hari sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  orang  Mollo  (utara  dan  selatan). Ok  Totes  terdiri  dari  10  buah  sirih  pinang  muda, yang  masih  berkelopak  atau  pinang kering,tetapi  tidak  boleh  dibelah  
sebagai  lambang  bahwa  yang  akan  ditanyakan  adalah seorang  gadis  
yang  masih  perawan. Daun  sirih   disusun  dan  diikat  dengan  daun pandan. Sebuah  tempat  sirih  lagi  yang  sebut  Ote  Tuke  yang  isinya  uanng  perak   dan  atau  uang  kertas  pada  jaman  sekarang.
Waktu  tiba  di rumah   keluarga   wanita   Nete   Lanan   memulai   pembicaraan  pinangan. Dua keluarga  saling  bertukar  tempat  sirih  pinang  (yang  khusus  untuk  makan, bukan  Ok Totes atau Ote  Tuke  yang  dibawah  keluarga  lelaki), dan  makan  bersama-sama.
Orang  tua  gadis  memulai  mengajukan  pertanyaan  pada  keluarga  lelaki  yang  datang apakah  kiranya  yang  diinginkan?  Kelurga  lelaki   secara  berkias  menyatakan  keinginannya untuk  mengambil  benih  sirih  dan  pinang  yang  disubur-subur  di  rumah  ini. Jawaban orang  tua  biasanya  3  atau  4 hari   sesudah   peminangan   sore   hari   tersebut. Kedua keluarga  makan  sekedarnya  kemudian  pulang.
Keluarga  lelaki  pulang  dan  meninggalkan  tempat  sirih  Ok  Totes  dan  Ote  Tuke  di rumah  wanita. Pada  saat  sekarang  biasanya  langsung  dijawab  lamaran  diterima  atau  tidak. Pada  waktu  dahulu  jika  isi  kedua  Ok  Totes  dan  Ote  Tuke  dipulangkan  dengan keadaan  lengkap, maka  berarti  lamaran  ditolak . Dalam  pemulamgan  tempat  sirih, kalau lamaran  diterima  disertai  symbol  dari  keluarga  wanita  menerimadengan  kejujuran  sang gadis  masih  perawan  biasanya  dalam  Ok  Totesdaun  sirih  disusun  timbale  balik  dan pinang  harus  yang  masih  berkelopak.
Jika  pinang  yang  diisi  tidak  berkelopak  lagi, maka ini  berarti  wanita  dipinang  sudah  tidak  perawan  lagi. Setelah  menerima  kiriman  balik  Ok Totes  itu  lalu  pihak  lelaki   mengirim  lagi  Bunu  kauno,baju  dan  uang  kepada  gadis tunangannya. Dan  wanita  membalasnya  denggan  ikat  pinggang,pundi-pundi  (kepisak) anyaman  yang  dianyam  sendiri. Seluruh  proses  ini  diketahui  oleh  kepala adat  sebagai lambang  pengresmian  sehingga  diketahui  oleh  umum. Setelah  disepakati  saat pembicaraan  belis, waktu  nikah  dan  pola  pemukiman  pasca  nikah.
      3.            Belis  biasanya  ditentukan  oleh  kesepakatan  bersama-sama  sesuai  dengan  derajat  masing-masing   calon   dalam   pelapisan   sosialnya. Pada  malam  sebelum  nikah  ada  dua  acara  Ais Tue  (minum  arak)  keluarga  lelaki  menyerahkan  belis  yang  disebut  Pua  Mnasi  Manu Mnasi; atau  apa  yang  disebut  dengan  menyerahkan  Tua  Boit  Mese,Noin  sol mese, arak terdahulu  di  tempat  tinggal  baru  atau  Nasain  Nobin.
      4.            sebotol, uang   sekutip   dan   oe   maputu   ai   malala   sebagai   tanda   panasnya  air  
dan panasnya  api  dengan  keluarga  wanita  (tanda  terima  kasih  atas  jerih  payah  orang  tua. Pihak  wanita  membalasnya  dengan  memberikan  pakaian  lelaki  dan  arak  sebotol,hadiah-hadia   kecil    juga   diberikan   pada   mereka   yang  jadi  saksi  atau  yang  disebut  Pua  Saksi Manu  Saksi. Semua  tahap  pembicaraan  selesai  mereka  berdua  resmi  jadi  suami   istri.
Penghantaran  wanita  oleh  keluarga  lelaki. Di  rumah  keluarga  suaminya  (klen lelaki)  ada  upacara,Sanut  Nono  Saeb  Nono  yang  berarti  melepaskan  dan  memasukan istri  menjadi  anggota  klen  suaminya. Ada  satu  hal  yang  menjadi  tabu  untuk  wanita yang  sudah  berkawin  di  TTS  ialah  sang  istri  tidak  boleh  mengunjungi  orang  tuanya  mendahului  orang tuanya  mengunjunginya.

7)  Kekayaan Alam (SDA)
Di kabupaten ini terdapat beberapa dataran yang sangat luas yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian atau sawah. Komoditas utama pertanian saat ini adalah Jeruk Soe yang terkenal. Selain itu kabupaten ini terkenal sebagai gudang ternak dan juga kayu cendana yang harum, namun semakin langka.
Penggunaan lahan di kabupaten ini adalah:
1. Sawah: 4.493 ha
2. Tegal: 49.263 ha
3. Pemukiman: 14.920 ha
4. Padang: 114.396 ha
5. Hutan: 155.532 ha
6. Tambak/Kolam/Rawa: 17.323 ha
7. Lain-lainnya: 38.773 ha
Saat ini Kabupaten Timor Tengah Selatan mengandalkan proyek pertambangan marmer yang ada di Mollo dan penambangan Batu Warna Di Kolbano.

8)  Konflik yang pernah terjadi
*      Sengketa batas wilayah antara warga TTS dan warga TTU.
*       Penolakan warga Fatule’u atas aktifitas tambang marmer di wilayah Fatule’u.

BAB III  KESIMPULAN
Keanekaragaman budaya suku bangsa merupakan suatu acuan terhadap nilai kehidupan yang lebih positif, ini terjadi diakibatkan berbagai macam faktor baik itu alam, lingkungan, pola pikir masyarakat, peradaban masyarakat,pendidikan, warisan budaya serta teknologi dan informasi yang berkembang dalam masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://idy-sanam.blogspot.com/2012/01/wisata-alam-kota-soe.html

2 komentar:

  1. sedikit masukan, kab. TTS terdiri dari beberapa kecamatan, nah... kedepan tlg di perjelas secara rinci bahasa, motif, tata cara adat baik baik kelahiran,kematian perkawinan serta lainnya secara rinci, serta peran dari fetor2.. aktif dari para tua2 adat serta pemangku adat,atoin amaf hukuman atau denda atau malapetaka yg terjadi apabila adat itu dilanggar,,,makasih

    BalasHapus