OLEH : DEVI SERLINA BABYS
MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN
Puji dan syukur yang dalam saya
sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya
makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
saya membahas tentang deskripsi daerah khususnya daerah So’e, Timur Tengah
Selatan, NTT. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karna itu saya mengharapkan kritik dan saran yang berifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, Januari 2014
.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.
Lokasi dan Letak
2.
Adat IstiadatMakanan dan Minuman KhasTempat
Wisata
3.
Tradisi Budaya
4.
Kebijakkan atau Aturan Adat
5.
Kekayaan Alam
6.
Konflik yang pernah terjadi
BAB III METODE
PENELITIAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dengan
perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia
sebagai salah satu negara dengan berbagai macam suku bangsa. Kualitas hidup
suku bangsayang berbeda beda, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan
produktif.
Sesuai
dengan judul makalah ini,terkait dengan keanekaragaman kebudayaan yang terdapat
di daerah saya baik ditinjau dari segi lokasi, kebudayaan, norma norma serta
nilai nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai
perkembangan jaman.
Untuk
memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada
masalah :
1. Lokasi dan letak daerah
2. Pakaian, Rumah, dan Tarian Adat
3. Makanan dan minuman khas daerah
4. Tempat wisata
5. Tradisi budaya
6. Aturan adat
7. Kekayaan alam yang terdapat didaerah
B.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan mengetahui tentang seluk beluk daerah asal kita adalah:
1. Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada daerah
kita.
2. Mengembangkan daya kritis terhadap persoalan
kemanusiaan dan daya kebudayaan.
3. Mendukung dan mengembangkan kebudayaan sendiri
dengan kreatif.
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Dimana letak dan lokasi So’e, Timor Tengah
Selatan?
2. Apa sajakah
makanan dan minuman khas daerah
So’e, Timor Tengah Selatan?
3. Apa sajakah
tempat wisata di daerah So’e, Timor Tengah Selatan?
4. Bagaimana tradisi budaya dan aturan adat di
Soe, Timor Tengah Selatan?
5. Apa sajakah kekayaan alam yang terdapat di
So’e, Timor Tengah Selatan?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Kota Soe adalah ibukota dari Kabupaten
Timor Tengah Selatan kecamatan Amanuban Barat propinsi Nusa Tenggara Timur.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai daerah saya yang mencakup:
1.
Lokasi
dan letak
Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu dari 4 kabupaten di propinsi
Nusa Tenggara Timur di Pulau Timor
dengan ibukota So’e. Kabupaten yang dikenal sebagai penghasil cendana itu
mempunyai luas 4333,6 km dengan penduduk 324.110 orang sehingga
tingkat kepadatannya 7
orang/Km dengan rincian laki – laki 159.454
orang dan perempuan 164.656 orang. Dalam struktur pemerintahan dan
pembagian wilayah terdapat 162 desa, 4 kelurahan, 8 kecamatan, 6 Perwakilan
kecamatan.
Cuaca umum wilayah TTS (Timor Tengah Selatan) 4 bulan basah (Desember
– April), 8 bulan kering (April –
November) rata-rata 58 hari hujan 1,716
mm/tahun. Suhu udara pada musim dingin (Juli
-Agustus) sekitar 18 -21 C. Pembagian penggunaan
tanah diwilayah TTS 2.500 ha.
Terdiri atas persawahan
,44.908 ha,pengembalaan, 41.374 ha lamtoro dan 180
ha tanah kritis. Daerah aliran sungai (DAS) yang
terkenal di TTS adalah dataran Mina,
Benain, Muke, Bone, Tumutu;
sedangkan dataran lainnya yang luas dan potensial adalah Bena,
Baus, Tatukopa, Konbaki, Besana.
Batas wilayah TTS yaitu :
·
Sebelah utara : Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan
Ambenu (Tim-tim)
·
Sebelah selatan : Lautan Indonesia
·
Sebelah timur : Kabupaten Belu
·
Sebelah barat : Kabupaten Kupang
Penduduk :
Hampir
75% penduduk berprofesi sebagai petani dan sisanya adalah Pegawai Negeri Sipil.
Kota So’e terletak di koordinat 124°.49'01"-124°.04'.00"
Bujur Timur,(124°3'13"-124°49'56" BT) dan 9°-10° Lintang Selatan
(9°26'-10° 10'0"LS).
2.
Adat
istiadat
a) Pakaian
adat
b) Rumah
adat
Rumah adat Suku Dawan yaitu Lopo. Gambaran Lopo
adalah sebuah rumah beratap bulat dengan empat tiang berdiri tegak pada bagian
atasnya terdapat loteng. Lopo, bagi orang timor melambangkan laki – laki,
dimana agak terbuka, kokoh dan sebagai tempat untuk pertemuan keluarga, dana
selalu dipimpin oleh Bapak sebagai Kepala Keluarga.
Lopo
c) Tarian
adat
v Tarian
Bonet
Ada
banyak tarian yang ada di daerah saya namun yang paling terkenal adalah Tarian
Bonet. Tarian Bonet adalah tarian yang dilakukan dengan membentuk
lingkaran dan bergandengan tangan, kemudian gerakan-gerakan kaki yang menari
secara seragam, bergeser ke kanan laksana bundaran yang berputar mengitari
pusatnya. Sementara irama lagu yang diperdengarkan para penari mengikuti derap
kaki dalam tarian. Membentuk lingkaran merupakan simbol dari persatuan.
Tarian
Bonet
v Tari
Ma’ekat atau Tari Okomama
Tari Ma’ekat atau Tari Okomama merupakan salah satu tarian tradisoanal rumpun masyarakat Suku Dawan yang menceritakan tentang hubungan kekerabatan yang ada didalam rumpun masyarakat Suku Dawan pada umumnya, yaitu tentang pemberian tempat siri yang lengkap dengan sirih, pinang dan kapurnya adalah sebuah bentuk penghormatan kepada seseorang yang diberi. Tarian ini sering ditarikan dalam kegiatan penyambutan.
Add caption |
Tari Ma’ekat atau Tari Okomama merupakan salah satu tarian tradisoanal rumpun masyarakat Suku Dawan yang menceritakan tentang hubungan kekerabatan yang ada didalam rumpun masyarakat Suku Dawan pada umumnya, yaitu tentang pemberian tempat siri yang lengkap dengan sirih, pinang dan kapurnya adalah sebuah bentuk penghormatan kepada seseorang yang diberi. Tarian ini sering ditarikan dalam kegiatan penyambutan.
3.
Makanan
dan minuman khas
v Makanan
khas
Jagung Bose
Makanan khas di TTS adalah Jagung Bose , Jagung Bose
sendiri merupakan jenis masakan dari jagung yang di kupas kulit arinya dan di
campur dengan kacang – kacangan dan sayuran . untuk pengupasan kulit ari jagung
dilakukan dengan cara di tumbuk hingga kulit ari terlelepas dari jagungnya.
Untuk mempercepat proses pengelupasan kulit, biji-biji jagung itu diberi
sedikit air dan kadang tambah kapur. Setelah menumbuk sekitar limabelas
menit, jagung yang sudah terkelupas itu
dikeluarkan ke nampan.
Sayur rumpu rampe
Sayur ujung labu
v Minuman
khas
Minuman
khas dari daerah saya yaitu tuak.rasanya manis pahit pokoknya rame rasanya.
4.
Tempat
wisata
Ada beberapa tempat wisata didaerah saya
diantaranya
v Oehalla
Tempat
pariwiata yang paling terkenal di TTS adalah oehala, merupakan salah satu
tempat pariwisata dari soe, yang berlokasi di Desa oelbubuk kecamatan molo
selatan kabupaten TTS. Mungkin namanya kurang bersahabat dengan telinga anda
,tetapi ketika melihat tempatnya, saya
jamin anda pasti akan segera bersahabat dengan tempat tersebut. Oehala sendiri
merupakan air terjun 7 tingkat yang berasal dari mata air asli di pegunungan
setempat. Nama oehala sendiri diambil dari bahasa Timor yaitu oe yang berarti
air dan hala yang berarti tempat tidur . jadi oehala adalah air yang berbentuk
tempat tidur.
Oehalla
v Bu’at
Obyek wisata lain yang ada di wilayah Kabupaten TTS (Timor
Tengah Selatan ) ini adalah taman wisata Bu'at. Fasilitas kolam renang yang
juga disediakan di taman wisata Bu'at Ini, merupakan fasilitas lain seperti
villa penginapan yang juga disewakan didalam lokasi taman wisata Bu'at Ini. Sepanjang
perjalanan memasuki taman wisata Buat, akan kita temukan tegarnya pepohonan
mohoni disepanjang alur kanan dan kiri jalan masuk areal wisata Bu'at Ini.
Suasana alam kota So'e yang berudara sejuk sebagai ciri khas udara
dataran tinggi ini, membuat suasana penat anda akan hilang dimanjakan hijaunya
pandangan yang disajikan di taman
wisata Bu'at Ini.
Salah satu
permainan di Bu’at
Salah satu obyek wisata di TTS ( Timor Tengah Selatan )
adalah wisata di pantai Kolbano. Jika melakukan wisata di daerah pantai,
pastilah gambarannya yang identik dan selalu terbayang adalah hamparan pasir
lautnya. Namun hal ini tidak akan anda jumpai di pesisir pantai kolbano. Di
area wisata Pantai Kolbano, TTS (Timor
Tengah Selatan ) Ini, sejauh mata anda memandangnya, anda hanya akan disajikan
hamparan bebatuan licin dengan corak warnanya yang unik dan indah menggoda. Kerikil-kerikil
indah inilah yang menjadi pengganti hamparan pasir pantai di sepanjang garis Pantai
Kolbano, TTS (Timor Tengah Selatan ).
Pantai Kolbano terletak Di
Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten TTS (Timor Tengah
Selatan), Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dengan luas wilayah kurang lebih
17 kilometer persegi. Hamparan wilayah Pantai
Kolbanoini menghadap ke arah bentangan Samudra Hindia.
Pantai kolbano
v
Kolam buaya
Kolam buaya
v Pantai
Oetune
Pantai ini masih sangat asri dan alami dan pantai landai
berpasir putih sepanjang puluhan km, dengan gulungan ombak 4-7 gulungan yang
cocok untuk selancar dan saat ini sudah banyak wisatawan baik dari Kabupaten
TTS maupun dari luar. Dan pada akhir pekan maupun liburan banyak dikunjungi
wisatawan atau sekedar rekreasi keluarga saat ini dipantai Oetune sudah
dibangun fasilitas-fasilitas pendukung seperti lopo-lopo atau pondok berteduh.
Pantai Oetune berjarak 70 km arah Selatan Kota Soe dan dapat ditempuh ± 1,5 jam
dengan menggunakan mobil rental, angkutan pedesaan maupun motor ojek.
v Bola
Palelo
Bola palelo merupakan
sebuah lembah dimana lembah ini menyajikan panorama alam yang sangat menawan
dan sangat disayangkan apabila berkunjung ke Kota Soe dan tidak menyempatkan
diri untuk berkunjung ke Bola Palelo. Ketika berada ditempat ini kita dapat
melihat panorama alam yang sangat luar biasa serta udaranya yang begitu sejuk
dan pada musim kemarau kita dapat melihat lebih jelas panorama alam yang sangat
indah dan menawan seolah-olah kita berada di Grand Canion di USA. Bola Palelo
berjarak 15 km arah Utara Kota Soe dan dapat ditempuh ± 20 menit dengan
menggunakan angkutan pedesaan, rental mobil maupun motor ojek.
5)
Tradisi Budaya
v Suku dan Pelapisan Sosial
Keberadaan wanita dalam wilayah TTS tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan masyarakat Dawan umumnya. Penduduk yang asli dari wilayah TTS merupakan suku bangsa Dawan yang tinggal disebagian besar di wilayah (
Amarasi, Fatuleu, Amfoang utara dan Amfoang selatan) di
Kabupaten Kupang, TTS dan Kabupaten
Ambenu (Provinsi Tim – tim). Kabupaten TTU dan
sebagian penduduk Mauka dan Kusa.
Dalam masyarakat Dawan umumnya pemukiman dimulai dari pola keluarga inti
/
batih yang terdiri dari bapak, ibu,
dan anak yang disebut UME. Ume yang ada bakal membentuk klen kecil yang disebut Pulunes atau Kuanes adanya klen besar Kanaf.
UME sebagai keluarga inti tinggal di rumah pemukiman tradisional yaitu Lopo dan Ume Lopo, Lopo dan
Ume Lopo adalah
lambang rumah untuk pria dan
Ume adalah lambang pemukiman untuk wanita.Gambaran lopo adalah sebuah rumah beratap bulat dengan empat tiang berdiri tegak pada bagian atasnya terdaapat lotenng,
sedangkan Ume juga berbentuk bulat tetapi mempunyai atap sampai menyentuh tanah dengan satu pintu saja.
Dalam struktur social atau pelapisan sosialnya,
masyarakat wilayah TTS golongan Usif,
golongan Anaf, dan golongan Tob.
Golongan Usif merupakan kaum bangsawan,
kerabat kepala suku,
pimpinan klen besar (=Kanaf). Sedangkan golongan Anaf adalah sekelompok masyarakat yang terdiri dari klen kecil.
(Puknes) yang masing –
masing terdiri dari himpunan keluaraga
menurut ama dan julukan Kanaf ma bonif Sejajar dengan Anaf
adalah golongan Meo dan O’of.
Golongan Meo merupakan kaum kerabat dan took yang pernah berjuang mempertahankan marga dan kampong halaman dari serangan
musuh.
Sedangkan O’of adalah pemimpin keluarga dimana golongan Usif sering mengambil wanita dari padanya untuk dijadikan istri atau selir.
Golongan Tob adalah rakyat jelata yang terdiri dari klen-klen
kecil dibawah koordinasi Anaf.
Peranan tradisional wanita TTS umunya tetap sebagai ibu rumah tangga dalam mengasuh anak,
menyediakan makanan setiap hari,
member pakaian (menenun sarung dan selimut).
Dalam hal sebagai ibu tersebut, maka
kedudukan itu melekat pada kedudukan dan pelapisan social yang dimiliki suaminya.
Peran wanita yang hingga saat ini tetap menjadi panutan masyarakat adalah Apana
pini atau sebagai orang yang
lebih pantas karena itu berhak menyimpan pendapatan keluarga atau bendahara.
Beberapa peran tertentu dari wanita yang perlu diperhatikan adalah bahwa wanita di TTS ikut juga menentukan keputusan suami atau pihak pria dalam hal pembagian warisan kepada anak-anak,
pemanfaatan pendapatan keluarga serta penentuan jodoh atau kawin dari semua anak-anak.
v Seni Tenun.
Karya tenun merupakan bagian dari pranata ekonomi yang sangat menunjang kehidupan ekonomi.
Para wanita umumnya mengisi senggang dimusim kemarau sambil membersihkan kebun dan ladang,
memelihara ternak rumah, para wanita menenun.
Tenun di wilayah TTS hamper tidak banyak bedanya dengan yang ada di wilayah TTU yang juga masuk dalam kebudayaan Atoni (Dawan).
Tentang nama,
bentuk umum daripada hasil tenun yang dikerjakan para wanita di TTS oleh Kantor
Depdikbud Kabupaten TTS dikelompokkan dalam :
1.
Selimut jadi (yang ditenun satu kali,memiliki rumbai-rumbai yang tak dipotong)
yang dipakai oleh laki-laki dan sarung yang dipakai oleh perempuan.
2. Selendang kecil atau berukuran sedang untuk membungkus badan
3. Selempang kecil memanjang
4. Destar kepa
6) Kebijakkan
atau Aturan Adat
v Hamil dan Kelahiran
Seluruh perjalanan seseorang termasuk wanita tidak bisa dilepaskan dari daur hidupnya mulai dari masa hamil sampai dengan kematian.
Menurut adat Atoni/TTS,
maka selama masa kehamilann tetap berada dalam pengawasan dukun (amama fenu).
Funngsinya sebagai orang yang mengurut,mengangkat perut waktu hamil,membantu persalinan umumnya dilakukan dalam rumah,sesudah pemotongan tali pusat sang bayi digantung pada cabang pohon kesambi (usaip usaf).
Pola mengasuh anak bagi para ibu di
TTS dilakukan dengan meninabobokan
sambil menyanyi Open Bania.
Peranan ibu terutama dalam pengasuhan anak secara tradisional
tetaplah sama.
Sebelum 40 hari setelah kelahiran pada saat sang ibu masih dimandikan dengan air panas,
mak ada satu acara untuk memperkenalkan bayi kepada keluarga
yaitu Poitan LiAna dilakukan sesudah lahir satu hari,
diiringi dengan sembahyang, memercikan air kepada bayi dan para peserta.
Dimasa anak-anak,
upacara pemotongan rambut yang diadakan pada usia 1-2
tahun yang disebut Ketu Nakfunu,
dimana rambut yang sudah dipotong itu akan disimpan dalam
Uimle’u (rumah berhala) sekligus memberikan nama bagi si anak
atau noin kanaf. Kalau dilanggar,maka kehamilan berikutnya tidak
akan terkendalikan Nis Mesen Li Ana dan diturunannya bakal cacat tubu dan mental.
Masa anak- anak
ditandai dengan kegembiraan dan
keriangan yang tidak terhingga melalui pelbagai permainan anak-anak atau olahraga.
Beberapa bentuk olahraga anak-anak yang dikenal di TTS adalah Loit Hau (patok
lele) yang dimainkan pada pagi hari;
jenis permainan dengan dua potong kayu,
juga Aka’male (congkak) dimainkan pada siang hari dengan batu ataubiji-bijian.
Pada sore hari ada jenis permainan dengan pelepah kelapa yaitu
Aka hume (meluncur),
permainan Lika poni,Tek uki (bergulat),
bermain Pasa tele.Sae bikase dan Sikolit (lagu anak-anak)
Bagi anak-anak
berlaku aturan untuk tidak boleh
duduk membelakangi orang tua,
begitu juga kalau berjalan orang lelaki harus di depan,menyusul para wanita kemudian anak-anak menyusul di belakangnya.
v
Dewasa
Inisiasi
orang dewasa dapat
dilaksanakan sama denga
yang diadakan umumnya
di wilayah yang lain, terutama kesamaan
itu dengan orang
Atoni dengan satu
kebudayaan di kabupaten TTU
(Timor Tengah Utara) Masyarakat TTS
mengetahui acara inisiasai
untuk wanita berupa
(melubangkan telingah bagi
yang belum melubangkan waktu kecil), merobah guntingan
rambut pada bagian
depan.
Untuk lelaki inisiasi
dilakukan dengan upacara
yang kecil di
luar kampung, dekat sungai yang
jauh dari wanita
dan anak-anak. Setelah melewati
masa tersebut barulah
pria dan wanita siap
untuk nikah.
v Meninggal Dunia
Waktu meninggal dunia
secara tradisional masyarakat
TTS umumnya menyampaikan berita kematian
pada semua warga
supaya hadir. Hal ini
disebut dengan Etun-Naton,yang berperan
selama kematian atau
yang bertanggung jawab
atas acara Etun-Naton
sampai penguburan dan
terimah kasih ialah
Atoin Amaf atau
Tut Kusaf. Atoin Amaf atau
paman dan yang
meninggal dunia menutup
keranda didoakan imam
adat lalu dikebumikan (subat)
jenasah ke dalam
liang lahat harus
diletakan kepala mengarah ke
Faut Kanaf (gunung
para leluhur). Upacara
Noes Nu, sejenis
upacara pengucapan terimah kasih
kepada seluruh warga
yang terlibat dalam
acara kematian, biasanya
dilakukan sesudah 4 malam
penguburan,setelah itu pelayat
boleh kembali ke
rumah asal, karena yang
dating menurut suku.
v Perkawinan
Dalam tradisi masyarakat TTS dikenal beberapa bentuk perkawinan
yang seluruhnya patrilinial, antara lain:
1.
Perkawinan dengan pinangan atas bantuan seorang juru bicara (netelanan) atau kadang-kadang disebut Nete Lalau Tulu Sene;
2.
Perkawinan mengabdi (kalau lelaki tidak sanggup membayar
belis dan mengabdi di rumah
suku wanita tetapi tidak
masuk suku wanita.
3.
Perkawinan mengganti (dalam istilah antropologinya Sororat
dan Levirat,yaitu mengawini ipar lelaki atau wanita sesudah sang
istri atau suami meninggal dunia.
Umumnya perkawinan dilakukan secara eksogami antar sukusuku atau klenyang ada.
Secara sederhana peminangan dilakukan dengan urutan sebagai berikut
:
1.
Seorang yang ditunjuk sebagai Nete Lalau Tulu Sene (biasanya seorang pria) yang mengetahui adat setempat, pandai bicara pantun atau natoni) melihat ke rumah wanita apakah gadis yang dinikahi sudah cukup umur atau tidak,juga tingkah laku
nya, jika sudah memenuhi syarat, maka pinangan dapat segera dilakukan.
2.
Peminangan dapat dilakukan dengan memperhatikan barang bawaan pertama atau apa yang disebut Oktotes (sirihpinang).
Peminangan biasanya dilakukan pada siang hari sebagaimana yang dilakukan oleh orang Mollo (utara dan selatan).
Ok Totes terdiri dari 10 buah sirih pinang muda,
yang masih berkelopak atau pinang kering,tetapi tidak boleh dibelah
sebagai lambang bahwa yang akan ditanyakan adalah seorang gadis
yang masih perawan.
Daun sirih disusun dan diikat dengan daun pandan.
Sebuah tempat sirih lagi yang sebut Ote Tuke yang isinya uanng
perak dan atau uang kertas pada jaman sekarang.
Waktu tiba di rumah keluarga wanita
Nete Lanan memulai pembicaraan pinangan.
Dua keluarga saling bertukar tempat sirih pinang (yang khusus untuk makan,
bukan Ok Totes atau
Ote Tuke yang dibawah keluarga lelaki),
dan makan bersama-sama.
Orang tua gadis memulai mengajukan pertanyaan pada keluarga
lelaki yang datang apakah kiranya yang diinginkan? Kelurga lelaki
secara berkias menyatakan keinginannya untuk mengambil benih sirih dan pinang yang disubur-subur di rumah ini.
Jawaban orang tua biasanya 3 atau 4
hari sesudah peminangan sore hari
tersebut.
Kedua keluarga makan sekedarnya kemudian pulang.
Keluarga lelaki pulang dan meninggalkan tempat sirih Ok Totes dan Ote Tuke di rumah wanita.
Pada saat sekarang biasanya langsung dijawab lamaran diterima atau
tidak. Pada waktu dahulu jika isi kedua Ok Totes dan Ote Tuke dipulangkan dengan keadaan lengkap,
maka berarti lamaran ditolak .
Dalam pemulamgan tempat sirih,
kalau lamaran diterima disertai symbol dari keluarga wanita menerimadengan kejujuran sang gadis masih perawan biasanya dalam Ok Totesdaun sirih disusun timbale balik dan pinang harus yang masih berkelopak.
Jika pinang yang diisi tidak berkelopak lagi,
maka ini berarti wanita dipinang sudah tidak perawan lagi.
Setelah menerima kiriman balik Ok Totes itu lalu pihak lelaki
mengirim lagi Bunu kauno,baju dan uang kepada gadis tunangannya.
Dan wanita membalasnya denggan ikat pinggang,pundi-pundi (kepisak) anyaman yang dianyam sendiri.
Seluruh proses ini diketahui oleh kepala
adat sebagai lambang pengresmian sehingga diketahui oleh umum.
Setelah disepakati saat pembicaraan belis,
waktu nikah dan pola pemukiman pasca nikah.
3.
Belis biasanya ditentukan oleh kesepakatan bersama-sama sesuai dengan derajat masing-masing
calon dalam pelapisan sosialnya.
Pada malam sebelum nikah ada dua acara Ais Tue (minum arak) keluarga lelaki menyerahkan belis yang disebut Pua Mnasi Manu Mnasi;
atau apa yang disebut dengan menyerahkan Tua Boit Mese,Noin sol
mese, arak terdahulu di tempat tinggal baru atau Nasain Nobin.
4.
sebotol, uang sekutip dan oe
maputu ai malala sebagai tanda
panasnya air
dan panasnya api dengan keluarga wanita (tanda terima kasih atas
jerih payah orang tua. Pihak wanita membalasnya dengan memberikan pakaian lelaki dan arak sebotol,hadiah-hadia
kecil juga diberikan
pada mereka yang jadi saksi atau yang disebut Pua Saksi Manu Saksi.
Semua tahap pembicaraan selesai mereka berdua resmi jadi suami
istri.
Penghantaran wanita oleh keluarga lelaki.
Di rumah keluarga suaminya (klen lelaki) ada upacara,Sanut Nono Saeb Nono yang berarti melepaskan dan memasukan istri menjadi
anggota klen suaminya. Ada satu hal yang menjadi tabu untuk wanita yang sudah berkawin
di TTS ialah sang istri tidak boleh mengunjungi orang tuanya
mendahului orang tuanya mengunjunginya.
7) Kekayaan
Alam (SDA)
Di kabupaten ini terdapat beberapa dataran yang sangat
luas yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan
pertanian atau sawah. Komoditas utama pertanian saat ini adalah Jeruk Soe yang
terkenal. Selain itu kabupaten ini terkenal sebagai gudang ternak dan juga kayu
cendana yang harum, namun semakin langka.
Penggunaan lahan di kabupaten ini adalah:
1. Sawah: 4.493
ha
2. Tegal: 49.263
ha
3. Pemukiman:
14.920 ha
4. Padang:
114.396 ha
5. Hutan: 155.532
ha
6. Tambak/Kolam/Rawa:
17.323 ha
7. Lain-lainnya:
38.773 ha
Saat ini Kabupaten Timor Tengah Selatan mengandalkan proyek pertambangan
marmer yang ada di Mollo dan penambangan Batu Warna Di Kolbano.
8) Konflik yang
pernah terjadi
Sengketa batas wilayah antara warga TTS dan warga TTU.
Penolakan warga Fatule’u atas aktifitas
tambang marmer di wilayah Fatule’u.
BAB III KESIMPULAN
Keanekaragaman budaya suku bangsa
merupakan suatu acuan terhadap nilai kehidupan yang lebih positif, ini terjadi
diakibatkan berbagai macam faktor baik itu alam, lingkungan, pola pikir
masyarakat, peradaban masyarakat,pendidikan, warisan budaya serta teknologi dan
informasi yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://idy-sanam.blogspot.com/2012/01/wisata-alam-kota-soe.html
mantapp
BalasHapussedikit masukan, kab. TTS terdiri dari beberapa kecamatan, nah... kedepan tlg di perjelas secara rinci bahasa, motif, tata cara adat baik baik kelahiran,kematian perkawinan serta lainnya secara rinci, serta peran dari fetor2.. aktif dari para tua2 adat serta pemangku adat,atoin amaf hukuman atau denda atau malapetaka yg terjadi apabila adat itu dilanggar,,,makasih
BalasHapus